Website Resmi
Desa Sarirejo
Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan - Jawa Tengah
Admin Sarirejo | 28 Agustus 2025 | 155 Kali dibuka
Artikel
Admin Sarirejo
28 Agustus 2025
155 Kali dibuka
Apa itu Anemia?
Anemia adalah kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal. Hemoglobin berperan penting dalam mengikat dan menghantarkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Kekurangan oksigen akan mengganggu fungsi tubuh sehingga menimbulkan gejala seperti menurunnya konsentrasi, berkurangnya produktivitas, mudah lelah, serta daya tahan tubuh yang melemah. Anemia merupakan gejala yang perlu ditelusuri penyebabnya agar penanganannya tepat, dan pada remaja kondisi ini umumnya dipengaruhi oleh kekurangan nutrisi serta kehilangan darah akibat menstruasi.
Mengapa remaja putri rentan terkena anemia?
Remaja putri (rematri) dan wanita usia subur (WUS) lebih rentan mengalami anemia karena beberapa faktor. Pertama, saat pubertas terjadi pertumbuhan pesat sehingga kebutuhan zat besi meningkat untuk mendukung perkembangan tubuh. Kedua, banyak rematri melakukan diet yang keliru, seperti mengurangi konsumsi protein hewani, padahal zat gizi tersebut penting untuk pembentukan hemoglobin. Ketiga, rematri dan WUS kehilangan darah setiap bulan saat menstruasi sehingga kebutuhan zat besi menjadi lebih tinggi, bahkan bisa meningkat dua kali lipat. Kondisi ini dapat diperberat apabila terjadi gangguan menstruasi, misalnya perdarahan yang lebih lama atau volume darah haid yang berlebih.
Apa saja yang dapat menyebabkan anemia pada remaja putri?
Anemia pada remaja putri dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti rendahnya asupan gizi, adanya penyakit penyerta, serta belum optimalnya konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Berdasarkan Riskesdas 2018, hanya sekitar 1,4% remaja putri yang mengonsumsi TTD sesuai standar. Kondisi ini semakin diperberat karena pada masa pubertas kebutuhan zat besi meningkat seiring pertumbuhan pesat, aktivitas fisik yang tinggi, serta kehilangan darah setiap bulan melalui menstruasi. Pola diet yang salah, misalnya membatasi asupan makanan untuk menurunkan berat badan, juga meningkatkan risiko terjadinya anemia.
Secara umum, penyebab anemia dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori utama, yaitu defisiensi zat gizi, perdarahan, dan hemolitik. Defisiensi zat gizi terjadi akibat rendahnya konsumsi sumber zat besi, asam folat, dan vitamin B12, atau akibat penyakit infeksi kronis. Perdarahan dapat disebabkan oleh kecacingan, luka, maupun menstruasi yang berlebihan. Sementara itu, anemia hemolitik muncul ketika sel darah merah cepat rusak, misalnya pada malaria kronis atau thalasemia yang bersifat genetik.
Gejala apa saja yang timbul pada remaja akibat anemia?
Sebagian penderita anemia tidak menunjukkan gejala yang jelas. Namun, terdapat beberapa tanda yang umum dialami remaja, antara lain mudah lelah, perubahan suasana hati, kulit pucat, sering pusing, detak jantung lebih cepat, serta sesak napas. Pada kondisi tertentu juga dapat muncul jaundice (kulit dan mata menguning), sindrom kaki gelisah, hingga pembengkakan pada tangan dan kaki.
Secara umum, gejala anemia sering dikenal dengan istilah 5 L: lesu, letih, lemah, lelah, dan lalai. Gejala lain yang kerap menyertai meliputi sakit kepala, mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat capai, sulit berkonsentrasi, dan wajah tampak pucat, termasuk pada kelopak mata, bibir, kulit, kuku, serta telapak tangan.
Berdasarkan tingkat keparahannya, gejala anemia dapat dibagi menjadi:
- Anemia ringan: biasanya tidak disadari, ditandai dengan rasa cepat lelah, lesu, atau sulit konsentrasi setelah aktivitas.
- Anemia sedang: gejala lebih nyata, seperti jantung berdebar, pucat, lebih cepat lelah, dan sesak napas meski dengan aktivitas ringan.
- Anemia berat: ditandai kelelahan berkepanjangan, pucat yang jelas, sesak napas berat, jantung berdebar cepat, nyeri dada, menggigil, hingga gangguan fungsi organ.
Lalu, bagaimana cara mencegah terjadinya anemia?
Pencegahan anemia dapat dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan menerapkan pola makan bergizi seimbang. Konsumsi beragam makanan, terutama sumber pangan hewani yang kaya zat besi (besi heme), sangat dianjurkan agar kebutuhan zat besi harian sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat terpenuhi.
Kedua, melalui fortifikasi bahan makanan dengan zat besi, yaitu penambahan zat gizi ke dalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi. Upaya ini umumnya dilakukan oleh industri pangan, sehingga masyarakat disarankan membaca label kemasan untuk memastikan produk yang dikonsumsi sudah difortifikasi dengan zat besi.
Ketiga, suplementasi zat besi bila kebutuhan tidak dapat terpenuhi hanya dari makanan. Salah satu bentuknya adalah konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri dan wanita usia subur. Program ini merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh sekaligus mencegah anemia, dengan catatan harus dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan.
Agar penyerapannya lebih optimal, TTD sebaiknya dikonsumsi bersama dengan makanan yang kaya vitamin C (seperti jeruk, pepaya, mangga, jambu biji) atau dengan sumber protein hewani (misalnya hati, ikan, unggas, dan daging). Sebaliknya, konsumsi TTD sebaiknya tidak bersamaan dengan teh atau kopi karena mengandung fitat dan tanin yang dapat menghambat penyerapan zat besi. TTD juga tidak dianjurkan dikonsumsi bersama tablet kalsium dosis tinggi atau susu, sebab kandungan kalsium dapat menurunkan penyerapan zat besi di usus. Selain itu, penggunaan obat maag yang berfungsi melapisi lambung atau mengandung kalsium juga dapat menghambat penyerapan zat besi.
Referensi:
Kemenkes RI. (2016). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2023a). Buku Saku Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil dan Remaja Putri (I. Mudjiati & N. I. Permatasari (eds.)). Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2023b). Mengenal Gejala Anemia pada Remaja. Ayosehat.Kemkes.Go.Id. https://ayosehat.kemkes.go.id/mengenal-gejala-anemia-pada-remaja
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi Remaja Putri pada Masa Pandemi COVID-19. In Kementrian Kesehatan RI. Kemenkes RI.
Kirim Komentar
Komentar Facebook
Statistik Desa
Populasi
1966
Populasi
2004
Populasi
0
Populasi
3970
1966
LAKI-LAKI
2004
PEREMPUAN
0
BELUM MENGISI
3970
TOTAL
Aparatur Desa
Kepala Desa
AGUS ALIM, A.Md
Sekretaris Desa
SUHADI
Kaur Perencanaan
SURATMIN
Kasi Pemerintahan
SUWITO
Kaur Keuangan
SUNDARU
Kasi Pelayanan
WARSONO
Kasi Kesejahteraan Rakyat
AHMAD IHSANUDIN
Kadus Galsari
AHMAD NURUL HUDA
Kadus Tambak
TRISNO
Kadus Karangjati
SRI PADMI
Kadus Tengger
SUNARTO
Kadus Setren
SLAMET
Desa Sarirejo
Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah
Hubungi Perangkat Desa untuk mendapatkan PIN
Masuk
Arsip Artikel
Agenda
Belum ada agenda terdata
Sinergi Program
Komentar
Statistik Pengunjung
| Hari ini | : | 144 |
| Kemarin | : | 137 |
| Total | : | 30.197 |
| Sistem Operasi | : | Unknown Platform |
| IP Address | : | 216.73.216.164 |
| Browser | : | Mozilla 5.0 |

Komentar yang terbit pada artikel "Remaja Putri Rentan Anemia: Yuk Cari Tahu Penyebab dan Cara Mencegahnya"